Borobudur Moon 2025: 250 Penari Bali Tampil Megah di Candi Borobudur, Hidupkan Spirit Purnama Nusantara
Inews Gianyar– Cahaya purnama akan menyinari megahnya Candi Borobudur malam ini. Pada Selasa (7/10), mulai pukul 18.00 WIB hingga selesai, kawasan Marga Utama Taman Wisata Candi Borobudur akan berubah menjadi panggung budaya bertaraf nasional. Acara bertajuk “Borobudur Moon” ini akan menghadirkan 250 penari Bali yang siap memukau ribuan pengunjung dengan penampilan kolosal yang memadukan keindahan seni dan kemegahan warisan dunia.
Gelaran yang digagas oleh Pemerintah Kabupaten Magelang ini menjadi langkah awal untuk memperkenalkan wajah baru pariwisata Magelang—yakni pariwisata berbasis budaya dan spiritualitas, bukan sekadar hiburan gemerlap malam.
Terinspirasi dari Gianyar, Bali
Dalam konferensi pers yang digelar beberapa hari sebelumnya, Bupati Magelang, Grengseng Pamuji, mengungkapkan bahwa konsep Borobudur Moon terinspirasi langsung dari Kabupaten Gianyar, Bali—daerah yang terkenal dengan pengelolaan pariwisata budayanya yang sukses.
“Waktu kami evaluasi, kami bertanya: Magelang ini mau ke mana arahnya? Apakah seperti Yogyakarta, Bandung, Surabaya, atau Bali? Akhirnya kami memilih Gianyar, karena di sana pariwisata dibangun dengan ruh budaya, bukan dunia gemerlap,” ujar Bupati Grengseng.
Ia menjelaskan, sektor pariwisata Magelang selama ini masih cenderung umum dan belum memiliki fokus yang kuat. Maka dari itu, pemerintah daerah mulai menata arah pengembangan pariwisata secara “segmented”—yakni menonjolkan keunikan lokal, budaya, dan spiritualitas yang melekat pada Candi Borobudur sebagai ikon dunia.

Baca Juga : Polres Gianyar Hadir di Tengah Warga, Gelar Minggu Kasih dan Bakti Sosial
Menolak “Dunia Gemerlap”, Menyala dengan Budaya
Bupati Grengseng menegaskan bahwa Magelang tidak akan ikut-ikutan membangun pariwisata yang berorientasi pada pesta malam atau hiburan yang tak berujung. Ia mencontohkan Gianyar yang meski seluruh aktivitas wisatanya berhenti pukul 22.00 malam, tetap mampu mencatatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) luar biasa, naik dari Rp 600 miliar menjadi Rp 3 triliun.
“Itulah yang ingin kami tiru. Kami ingin menjadikan budaya sebagai daya tarik utama. Pariwisata Magelang tidak perlu 24 jam berpesta. Kami ingin wisatawan datang untuk mendapatkan ketenangan, pengalaman spiritual, dan kekayaan seni,” tegasnya.
Pemerintah Kabupaten Magelang bahkan sudah menjalin komunikasi intens dengan Pemerintah Kabupaten Gianyar untuk menjajaki kolaborasi jangka panjang.
Borobudur Moon: Destinasi Purnama Baru
Borobudur Moon dirancang sebagai event bulanan yang digelar setiap malam purnama. Dalam setiap edisinya, akan dihadirkan kolaborasi seni dan budaya dari berbagai daerah di Nusantara.
“Borobudur Moon akan menjadi destinasi baru. Setiap bulan purnama akan ada atraksi berbeda. Kalau berhenti karena tantangan, maka tidak akan pernah maju. Hujan atau tidak hujan, acara tetap jalan,” kata Bupati optimis.
Bahkan, untuk mengantisipasi cuaca, pihak panitia juga sudah menyiapkan pawang hujan, sebagai bagian dari kearifan lokal yang dihadirkan dalam kemasan modern.
Dorong Wisata Menginap dan Investasi Desa
Salah satu alasan pemilihan konsep bulan purnama adalah untuk mendorong wisatawan agar menginap di Magelang. Selama ini banyak wisatawan yang hanya datang siang hari untuk melihat Candi Borobudur, lalu kembali ke Yogyakarta atau Semarang pada sore harinya.
“Kalau acaranya malam, wisatawan otomatis akan menginap. Ini peluang besar untuk ekonomi lokal,” jelas Grengseng.
Pemerintah desa pun mulai digerakkan. Dana desa akan diarahkan untuk pelatihan perhotelan, bahasa asing, dan manajemen wisata, agar masyarakat siap menyambut peluang investasi baru. Desa-desa sekitar Borobudur yang sudah memiliki Bumdes dan Balkondes diharapkan bisa berperan aktif menjadi tuan rumah yang ramah.
Cita-cita Besar: Borobudur Sebagai Pusat Peradaban
Lebih jauh, Bupati Grengseng memiliki visi besar untuk menjadikan Borobudur bukan sekadar destinasi wisata, tetapi pusat peradaban Nusantara.
“Dulu, Borobudur menjadi tempat yang dikunjungi umat dan pelajar dari Nepal, Sri Lanka, Kamboja, hingga Thailand. Kami ingin semangat itu hidup lagi. Melalui Borobudur Moon, kami berharap seniman dari Magelang, Jawa Tengah, bahkan seluruh Indonesia bisa berkolaborasi di sini,” ujarnya.
Kini, di Kabupaten Magelang sudah terdapat 16 sanggar seni yang tengah ditingkatkan kualitasnya agar bisa menjadi penopang acara besar ini. Pemerintah terus memberikan dukungan pelatihan dan fasilitas agar seniman lokal bisa tampil sejajar dengan seniman Bali dan daerah lainnya.
250 Penari Bali Tampil Spektakuler
Puncak acara Borobudur Moon malam ini akan menampilkan tari kolosal Bali yang dibawakan oleh 250 penari profesional. Gerak lembut, kostum berwarna emas, dan iringan gamelan khas Pulau Dewata akan berpadu dengan megahnya Candi Borobudur di bawah cahaya bulan.
“Selama ini orang pergi ke Bali untuk melihat tari Bali. Sekarang, wisatawan bisa menyaksikan keindahan itu langsung di Borobudur,” ujar Bupati dengan bangga.
Ia berharap, kegiatan ini menjadi langkah awal untuk meningkatkan kualitas seni budaya Magelang agar bisa bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
“Kami tidak ingin seni di Magelang hanya menjadi tontonan lokal. Kami ingin Borobudur Moon menjadi simbol peradaban dan persaudaraan Nusantara,” tutupnya.
Borobudur Moon, Cahaya Baru Pariwisata Magelang
Dengan dukungan penuh dari Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) dan berbagai pelaku wisata, Borobudur Moon diproyeksikan menjadi salah satu ikon baru pariwisata Jawa Tengah. Bukan sekadar acara seni, tetapi sebuah perayaan budaya yang mengajak masyarakat untuk menemukan makna lain dari berwisata: mendekatkan diri pada alam, budaya, dan ketenangan jiwa di bawah sinar bulan purnama.
















